Lampiran
Materi
PRINSIP
PERUBAHAN PRILAKU
PENDAHULUAN
Berbicara tentang prilaku manusia itu
selalu unik dan khusus, artinya tidak sama antar dan inter manusia baik dalam
hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian. Manusia berprilaku atau
beraktivitas karena adanya kebutuhan dalam diri seseorang, maka akan muncul
motivasi atau penggerak/pendorong sehingga individu/manusia itu beraktivitas
atau berprilaku, baru tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan. Dengan
kata lain prilku manusia adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism atau
makhluk hidup atau manusia yang bersangkutan.
A.
PRINSIP
PERUBAHAN PRILAKU
1.
PENGERTIAN
PRILAKU
Prilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan
seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebijakan
karena adanya nilai yang diyakini. Prilaku adalah sesuatu kegiatan atau
aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari
segi biologis semua makhluk hidup termasuk binatang dan manusia mempunyai
aktivitas masing – masing. Prilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat dilihat dari
pihak luar. Prilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak sama baik dengan
kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian.
Prilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam
diri manusia, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
ada dalam diri manusia. Prilaku adalah respons individu terhadap stimulus, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Prilaku merupakan respons,
yang terdiri dari respons motorik : berbicara, berjalan, dan sebagainya.
Respons fisiologik reaksi hormonal aktivitas system syaraf otonomik dan
sebagainya. Respons kognitif pernyataan yang muncul dipikiran, imajinasi, dan
sebagainya. Respons afektif rasa benci, kecewa, marah dan sebagainya.
Aktivitas manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu : 1. Aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya : berjalan,
menulis, menyuntik, merawat orang sakit, menolong persalinan dan sebagainya. 2.
Aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain (dari luar) misalnya : berpikir,
bersikap, berfantasi dan sebagainya. Banyak teoti – teori tentang prilaku yang
dikemukakan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Teori
Stimulus – Organisme – Respons (SOR)
Perilaku
manusia pada dasarnya terdiri dari komponen pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor) atau tindakan.
Pengetahuan
adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh
setiap manusia. Dengan demikian pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah
bervariatif dengan asumsi senantiasa manusia akan mendapatkan proses pengalaman
atau mengalami. Proses pengetahuan tersebut menurut Brunner melibatkan tiga
aspek, yaitu :
a. Proses mendapatkan informasi baru
dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya.
b. Proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan
agar sesuai dengan tugas-tugas baru.
c. Proses mengevaluasi, yaitu mengecek
apakah cara mengolah informasi telah memadai (Brunner dalam Suparno, 2001).
Sikap adalah
perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap merupakan
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki
konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Ini
berarti sikap seseorang akan keterampilan pada
kesetujuan-ketidaksetujuan.
Keterampilan
adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang yang menggambarkan kemampuan
kegiatan motorik dalam kawasan psikomotor. Seseorang dikatakan menguasai
kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan
yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan
gerak yang lancar dan tepat waktu. Dalam hal ini terdapat kecenderungan
terkoordinasikannya aktivitas fisik karena pengenalan dan kelenturan jasmani
untuk digerakkan sesuai ketentuan gerakan yang mestinya dilakukan (Suparno,
2001). Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik
melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Pemaknaan
keterampilan dalam hal ini kemampuan sebagai level of competence, terdapat dua
penggunaan istilah competence (y), yakni:
a. Digunakan untuk merujuk pada area
pekerjaan atas peranan yang mampu dilakukan oleh seseorang dengan kompeten jadi
fokusnya mendeskripsikan tugas-tugas pekerjaan dan output jabatan, kemudian
disebut kompeten (competence).
b. Digunakan untuk merujuk pada dimensi-dimensi perilaku yang
berada di balik kinerja yang kompeten jadi fokusnya mendeskripsikan mengenai
perilaku, sikap, dan karakteristik orang dalam melakukan berbagai tugas
pekerjaan untuk menghasilkan outputjabatan yang efektif, outstanding, atau
superior, kemudian disebut kompetensi (competency).
Berdasarkan
teori SOR prilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Prilaku Tertutup (Covert Behavior)
Prilaku
tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus, tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “Covert behavior”
yang dapat diukur dari pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu hamil tau pentingnya
periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian
ibu tersebut bertanya kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat
(sikap)
b. Prilaku Terbuka (Overt Behavior)
Prilaku terbuka ini
terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau
praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behabior”.
Contoh seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya kepuskesmas atau kebidan
praktik, seorang penderita TB paru minum obat anti TB secara teratur, seorang
anak menggosok gigi setelah makan. Contoh – contoh tersebut adalah berbentuk
nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practice)
TEORI S – O - R
|
ORGANISME
|
STIMULUS
|
RESPONS TERTUTUP
Pengetahuan
Sikap
|
RESPONS TERBUKA
Praktik
Tindakan
|
2. Teori
Lawrence Green
Menurut Lawrence Green (1980) factor –
factor yang menentukan prilaku sehingga menimbulkan prilaku yang positif adalah
sebagai berikut.
a. Faktor
Predisposisi (Predisposing Factors)
Factor predisposisi merupakan factor
anteseden terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi prilaku, yang
termasuk dalam factor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
norma sosial, dan pengalaman. Sebagai contoh : prilaku ibu hamil dalam meminum
tablet Fe akan termotifasi apabila ibu hamil tersebut tahu manfaat dari tablet
Fe. Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegah terjadinya anemia
akan bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari kehamilan
pertama.
b. Factor
pemungkin atau pendukung (Enabling Factors)
Factor pemungkin adalah factor antaseden
terhadap prilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang
termasuk dalam factor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang
atau masyarakat. Sebagai contoh : ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe
apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit.
c. Factor
penguat (reinforcing factors)
Factor penguat merupakan factor penyerta
prilaku atau yang datang sesudah prilaku itu ada. Hal – hal yang termasuk dalam
factor ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan dan sebagainya. Sebagai
contoh : ibu hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia didukung atau
diingatkan oleh keluarga, suami dan sebagainya.
Adapun skema tiga kategori factor yang
member kontribusi atas prilaku keehatan menurut L. Green (1980) adalah sebagai
berikut :
Factor Predisposisi
·
Pengetahuan
·
Kepercayaan
·
Nilai
·
Sikap
·
demografi
|
Factor
pendukung
·
ketersediaan
sumber daya kesehatan
·
keterampilan
individu
·
keterjangkauan sumber daya kesehatan
|
Prilaku
Kesehatan
|
Factor penguat
·
keluarga
·
teman
·
suami
·
petugas kesehatan
|
Tiap
– tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh ketiga factor yang dapat
memengaruhi prilaku tersebut (predisposisi, pendukung dan penguat). Dengan kata
lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari
factor ppredisposisi, factor pendukung, dan factor penguat tidak akan berhasil
mempengaruhi perilaku.
Berdasarkan
tiga factor determinan prilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan
sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga factor tersebut :
1. Kegiatan
promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor predisposisi adalah dalam bentuk
pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan
kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Tujuan
kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan
oleh seseorang atau masyarakat sehingga akan mempermudah terjadinya prilaku
sehat mereka. Upaya ini dimaksudkan untuk meluruskan tradisi, kepercayaan,
nilai – nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif bagi prilaku sehat.
2. Kegiatan
promosi kesehatan yang ditujukan untuk factor pendukung/pemungkin adalah
memberdayakan masyarakat melalui pengembangan masyarakat, diharapkan masyarakat
mampu memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berprilaku sehat.
3. Kegiatan
promosi kesehatan yang ditujukan pada factor penguat adalah dengan pelatihan –
pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk menguatkan prilaku yang
sudah terbentuk.
2.Prilaku
Kesehatan
Berdasarkan
teori perilaku dan Skiner (1983), perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, prilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Prilaku
pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Prilaku atau usaha – usaha seseorang
untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan
jika sakit. Perilaku ini terdiri atas dua aspek yaitu sebagai berikut.
a. Prilaku
pencegahan penyakit, misalnya : pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, mencuci
tangan dan sebagainnya.
b. Prilaku
peningkatan kesehatan dan penyembuhan akibat sakit kesehatan itu dinamis dan
relative, maka perlu upaya bagi yang sudah sehat untuk meningkatkan kembali
kesehatannya seoptimal mungkin, misalnya : pemberian antibiotic makan dan
minuman yang bergizi, pemberian tablet Fe dan sebagainya.
2. Prilaku
pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
prilaku pencarian pengobatan. Prilaku yang menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat sakit atau kecelakaan. Prilaku ini dimulai dari yang
sederhana yaitu mengobati sendiri (self treatmen) sampai ke cara modern
(teknologi) dengan pergi keluar negeri, misalnya : pada saat ibu akan bersain
dia mencari tenaga kesehatan (bidan, dokter,perawat) untuk menolong
persalianannya, penderita sakit jantung akan pergi keluar negeri untuk melakukan pengobatan dan sebagainya.
3. Prilaku
kesehatan lingkungan
Menurut Hendrik L.Blum, factor lingkungan mempunyai
kontribusi besar yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan. Lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya. Apabila
individu bisa mengelola lingkungan dengan baik, maka lingkungan tidak akan
mengganggu kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, misalnya : pengelolaan
sampah, air minum, pembuangan tinja, pembangunan limbah dan sebagainya.
Sebagai
ahli prilaku lain, Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang prilaku
kesehatan yaitu sebagai berikut :
1. Prilaku
Hidup Sehat
Prilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Prilakunya antara lain sebagai berikut :
a. Makan
dengan menu seimbang. Menu seimbang disini berarti memenuhhi unsur kualitas dan
kuantitas dari makanan. Di Indonesia dikenal dengan istilah empat sehat lima
sempurna.
b. Olahraga
secara teratur, juga mencakup segi kualitas dan kuantitas. Dalam satu minggu
minimal 2 kali melakukan olah raga selama lebih kurang satu jam. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah dari segi umur dan status kesehatan yang bersangkutan.
c. Tidak
merokok. Merokok adalah kebiasaan yang jelek yang dapat mengakibatkan berbagai
penyakit. Di Indonesia hampir 50% penduduk usia dewasa merokok, begitu juga
remaja hampir 15% sudah merokok.
d. Tidak
minum – minuman keras
e. Tidak
menggunakan narkoba
f. Istirahat yang cukup
g. Hindari
stress. Stress adalah ketegangan dalam prilaku dan bentuk perasaan yang
bergejolak menekan – nekan berupa ketegangan. Setiap orang bisa mengalami
stress dan akibatnya dapat bermacam – macam bagi kesehatan.
h. Gaya
hidup yang sehat : tidak berganti – ganti pasangan dalam hubungan seks,
penyesuain diri dengan lingkungan sekitar, dan sebagainya..
2. Prilaku
Sakit (illness behavior)
Prilaku sakit ini mencakup respons
seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap penyakit,
pengetahuan tentang : penyebab, gejala, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
3. Prilaku
peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit
mempunyai peran yang mencakup hak – hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang
sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri dan juga
orang lain. Perilaku peran sakit ini meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Tindakan
untuk memperoleh tindakan
b. Mengetahui
fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan yang layak
c. Hak
– hak pasien yang lain, misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan, dan sebagainya. Kewajiban orang sakit adalah tidak menularkan
penyakit pada orang lain dan sebagainya.
3.
DOMAIN
PRILAKU
Meskipun
perilaku dibedakan antara prilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka
(overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya prilaku adalah
totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain,
perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktifitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara factor internal dan eksternal. Benyamin Bloom
(1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga area wilayah,
ranah atau domain prilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective),
dan psikomotor (psychomotor).
Dalam
perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan
untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah
prilaku sebagai berikut :
1. Pengetahuan
(Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang
dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar penngetahuan
seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan
(mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda – beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu
:
a. Tahu
(Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall
(memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jawabannya adalah
tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan
nyamuk aedes agepti dan sebagainya.
b. Memahami
(Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterprestasiikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang
telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d.
Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang
untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen – komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.
e.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen – komponen pengetahuanyang dimiliki.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek tertentu.
2. Sikap
(Attitude)
Sikap adalah juga
respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu , yang sudah
melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang,
setuju – tidak setuju dan sebagainya) jadi jelas, disini di katakana bahwa sikap itu suatu sindroma atau
kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan kejiwaan yang lain.
Hubungan
Sikap dan Tindakan
STIMULUS
(rangsangan)
|
PROSES STIMULUS
|
REAKSI TERBUKA
(TINDAKAN)
|
REAKSI
TERTUTUP (Sikap)
|
Komponen
Pokok sikap :
Menurut Allport (1945) sukap terdiri dari 3 komponen
pokok, yaitu :
a. Kepercayaan
atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan
dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap
penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang
ttersebut terhadap penyakit kusta.
b. Kehidupan
emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian
(terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti
contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang tersebut menilai penyakit
kusta apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
c. Kecendrungan
untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah ancang – ancang untuk
bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap
terhadap penyakit kusta tersebut adalah apakah yang dilakukan seseorang apabila
ia menderita penyakit kusta.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga
mempunyai tingkat – tingkat berdasarkan itensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima
(receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau
subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b. Menaggapi
(responding)
Menaggapi disini diartikan memberikan
jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi .
c. Mmenghargai
(valving)
Menghargai diartikan sebagai subjek atau
seseorang memberikan nilai positif yang terhadap objek atau stimulus, dalam
arti , membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung
jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah
bertanggung jawag terhadap apa yang diyakininya.
4.
Tindakan atau Praktik (Practive)
Seperti telah
disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecendrungan untuk bertindak (praktik).
Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan , sebab untuk terwujudnya tindakan
perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan
prasarana.
Praktik atau tindakan
ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktik
terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah
melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan
panduan.
b. Praktik
secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah
melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik
atau tindakan mekanis.
c. Adopsi
(adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau
praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang telah tidak sekedar rutinitas
ataub mekanisme saja tetapi sudah
dilakukan modifikasi, tindakan atau prilaku yang berkualitas.
. B.
Perubahan Perilaku
Individu
yang akan mengadopsi atau mengubah perilakunya harus melalui proses yang
kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan
perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi prilaku baru dalam
kehidupannya melalui 3 tahap .
1.
Pengetahuan
Seorang individu akan mengadopsi prilaku apabila
terlebih dahulu ia tahu arti dan manfaat prilaku . misalnya : ibu hamil akan
memeriksakan kehamilanya apabila ia tahu apa tujuan dan manfaat periksa hamil
bagi ibu, janin dan keluarga. Indicator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan adalah sebagai berikut :
a.
Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
·
Penyebab penyakit
·
Gejala atau tanda – tanda penyakit
·
Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari
pengobatan
·
Bagaimana cara penularannya
·
Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan
sebagainya
b.
Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan
cara hidup sehat
·
Jenis makanan yang bergizi
·
Manfaat makanan yang bergizi
·
Olahraga
·
Bahaya napa dan minuman keras, termasuk juga bahaya
merokok
·
Pola hidup sehat
·
Istirahat, rekreasi dan sebagainya
c.
Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
·
Manfaat air bersih
·
Pembuangan limbah, pembuangan sampah
·
Akibat polusi udara
·
Pencahayaan dan penerangan bagi rumah sehat, dan
sebagainya
2. Sikap
Sikap
merupakan prilaku tertutup. Setelah seseorang diberi stimulus atau objek,
proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
kesehatan tersebut. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan
pengetahuan kesehatan yaitu sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit :
bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda – tanda
penyakit, penyebab penyakit, cara penularannya, dan sebagainya
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara
hidup sehat . penilaian atau pendapat seseorang tentang cara – cara
(berperilaku) hidup sehat
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
. penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap
kesehatan. Misalnya : penilaian terhadap air bersih, polusi, pembuangan limbah
dan sebagainya.
3. Praktik (Tindakan)
Praktik
(tindakan) dalam prilaku terjadi apabila seseorang telah melewati dua domain
terlebih dahulu yaitu pengetahuan dan sikap. Setelah melewati dua tahapan
sebelumnya, maka seseorang akan mempraktikkan atau melaksanakan apa yang
diketahui dan disikapinya (dinilai baik). Indicator praktik kesehatan sama
seperti kedua domain sebelumnya yaitu sebagai berikut :
1. tindakan (praktik) sehubungan dengan
penmyakit
tindakan
atau prilaku pencegahan penyakit : Imunisasi TT pada ibu hamil, menggunakan
masker pada saat bekerja di tempat berdebu dan sebagainya. Tindakan penyembuhan
penyakit misalnya : minum obat, berobat kefasilitas pelayanan kesehatan dan
sebagainya.
2. tindakan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan
tindakan
ini mencakup mengkonsumsi makanan yang bergizi, melakukan olahraga secara
teratur, tidak merokok, tidak narkoba dan minuman keras dan sebagainya.
3. tindakan kesehatan lingkungan
tindakan
ini terdiri atas membuangan sampah pada tempatnya, menggunakan air bersih untuk
mandi, mencuci, masak, membuat saluran air yang baik dan sebagainya.
Secara teori memang perubahan prilaku
atau mengadopsi prilaku yang baru mengikuti tahap – tahap yang telah disebutkan
yaitu melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge) – sikap (afektif) –
praktik (practice) atau KAP.
A. BENTUK – BENTUK PERUBAHAN PRILAKU
1.) Karena terpaksa
(complience)
Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak
baik dan perubahan perilaku cenderung bersifat tidak tahan lama. Pemberontakan
pikiran bahkan sering terjadi pada individu tersebut. Hal yang perlu diketahui,
tidak semua individu bisa menerima informasi-informasi yang mereka butuhkan,
apalagi suatu pemaksaan dalam perubahan perilaku. Individu yang demikian
cenderung memberontak dan bahkan mungkin cenderung berfikir negatif terhadap
pemaksaan perubahan perilaku yang diharapkan, meskipun perubahan perilaku yang
diharapkan adalah positif. Oleh karena itu cara perubahan perilaku ini
cenderung tidak efektif.
Contoh:
·
Seorang
anak yang dipaksa orang tuanya untuk menggosok gigi sehabis makan dan sebelum
tidur,awalnya anak tersebut tidak mau.tapi lama-lama krena paksaan dari orang
tuanya anak tersebut jadi mau sehingga terjadilah perubahan prilaku anak
tersebut, karena dipaksa oleh orang tuannya si anak menjadi mau melakukannya.
·
Orang
tua yang menyuruh anaknya melakukan aborsi,dan meminta bantuan kepada bidan.
awalnya si bidan tidak mau melakukan aborsi, tapi karena diberi imbalan yang
begitu besar dan si bidan dipaksa untuk mau melakukannya dan akhirnya ia mau
melakukan aborsi.
·
Seorang ibu yang telah mempunyai
banyak anak dengan jarak anak yang terlalu dekat. Lalu hamil lagi pada usia 45
tahun, dan tenaga kesehatan menyarankan dan memaksa ibu tersebut untuk
menjalani program kb dan suaminya juga memaksa. Beberapa upaya telah dilakukan
dan tenaga kesehatan juga sudah mengatakan resiko hamil dan melahirkan pada
usia tersebut agar si istri mau KB tapi si ibu tersebut tidak mau karena si ibu
berpendapat bahwa banyak anak banyak rezeki tapi setelah mendengar
pemberitahuan dari si bidan, si ibu jadi mau untuk menjadi aseptor KB.
2) Karena meniru
(identification)
Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu
cara perubahan perilaku yang paling banyak terjadi. Seseorang cenderung meniru
tindakan orang lain atau bahkan meniru apa yang dia lihat tanpa mencerna apa
yang dia lihat.
Contoh:
·
Seorang
remaja yang awalnya tidak memperhatikan kebersihan pada dirinya/personal
hyginenya,tapi setelah dberikan penyuluhan dan apa manfaat dari menjaga
kebersihan diri.dan akhirnya remaja tersebut meniru bagaimana cara menjaga
kebersihan.
·
pemenuhan
gizi pada ibu hamil sangatlah penting,banyak ibu-ibu yang tidak memenuhi gizi
dengan baik.tapi setelah di berikan gambaran mengenai pentingnya gizi selama
kehamilan,maka ibu tersebut mulai meniru bagaimana cara megatur gizi seimbang
selama kehamilan.
·
seorang
ibu yang baru saja melahirkan bayi,lalu ia tidak tau bagaimana cara merawat
tali pusat agar todak terjadi infeksi pada bayinya,lalu bidan mempraktekkan
bagaimana cara merawat tali pusat agar tidak infeksi.dan akhirnya si ibu mulai
meniru dan melakukan sendiri bagaimana cara merawat tali pusat.
3) Karena
menghayati (internalization)
Manusia
adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena
hanya manusia yang mampu berpikir tentang hidup, pandai memahami rahasia hidup,
menghayati kehidupan dengan arif, dan mempertajam pengalaman-pengalaman baru.
Biasanya perubahan perilaku karena penghayatan ini cenderung dari pengalaman
pribadi individu tersebut atau bahkan mengadopsi dari pengalaman orang lain.
Seseorang yang merasa perilaku tersebut pantas dan harus ada pada dirinya, maka
dengan terbuka dia akan melakukan perubahan perilaku dalam dirinya.
Contoh:
·
Seorang
ibu rumah tangga yang kurang peduli akan kebersihan rumahnya. Suatu ketika
anaknya menderita demam berdarah dan ini memmbuat ibu tersebut menyadari bahwa
perilakunya yang tidak mau peduli dengan kebersihan rumahnyalah yang membuat
anaknya menderita demam berdarah. Dan inilah yang membuat ibu tersebut sadar
betapa pentingnya menjaga kebersihan rumahnya agar kesehatan keluarga tetap
terjaga.
·
Seorang bapak yang merupakan perokok aktif sejak usia muda
menderita penyakit gangguan pernafasan dan paru-paru. Setelah beberapa kali
memeriksakan diri ke dokter dan dokter tersebut meminta agar bapak tersebut
untuk tidak merokok lagi. Akan tetapi bapak tersebut tidak mempedulikan nasehat
dokter, dia tetap mengkonsumsi rokok. Ternyata penyakitnya semakin parah dengan
stadium lanjut. Kemudian bapak tersebut teringat kembali dengan saran dokter
untuk berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari bahwa dia memang
harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-lahan bapak tersebut mencoba untuk
berhenti merokok dan akhirnya berhasil dan penyakitnya mulai berkurang.
B.
PROSES PERUBAHAN PERILAKU
Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting
dari usaha mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu
diambil untuk merubah perilaku:
1)
Menyadari.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentang apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentang apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.
Contoh:
-
Seorang mahasiswa yang belajar di
bidang kesehatan sebelumnya tidak peduli akan kebersihan diri dan perawatan
dirinya. Setelah belajar tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta
penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa
tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan
mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya
-
Seorang mahasiswa kedokteran yang
sedang meneliti tentang penyakit kista, menemukan bahwa salah satu penyebabnya
adalah pola makan yang tidak sehat. Dalam penelitiannya mahasiswa ini
benar-benar menghayati betapa pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang
bagi kesehatan seseorang. Karena itu, mahasiswa tersebut mulai menerapkan pola
makan sehat dan seimbang.
2)
Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.
Contoh:
-
Dulu seorang bidan atau perawat
melakukan perawatan tali pusat dengan membubuhi tali pusat dengan betadhine
atau alkohol. Kemudian bidan atau perawat juga membungkus tali pusat. Ini
dimaksudkan agar bayi terhindar dari adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi
setelah adanya Evidence Based maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang
justru meningkatkan kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan
tali pusat lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat
yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara. Hal
ini justru bgi bakteri dan kuman untuk merupakan lingkungan yang baik bagi
bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan
infeksi. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti dengan perawatan
tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine ataupun
alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan hanya membersihkan dengan air
DTT dan mengeringkannya.
-
Sebelum diketahui betapa pentingnya
Inisiasi Menyusui Dini dan Bounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan
dengan bayinya pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi
tidak mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan tetapi,
saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang
menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding
Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting terciptanya keterikatan
hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah persalinan dan juga menginngat
betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan bayinya.
-
3)
Mengintrospeksi.
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat
penilaian mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk
dilakukan. Di samping itu instropeksi juga berguna untuk mendeteksi kadar
self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang hanya karena
lupa membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam memahami dan
melaksanakan.
Contoh:
-
Seorang ibu yang hamil anak
keduanya, dia akan cenderung mengingat pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan
mencoba memperbaiki perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini sama
dengan kehamilan sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya:
jika sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi prematur maka pada kehamilannya
yang selanjutnya dia akan mencari penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya
saat kehamilan ini agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm.
-
Dulu penghisapan lendir rutin pada
BBL sering dilakukan dengan tujuan membantu proses pernafasan bayi. Tetapi
setelah dinilai, hal ini tidak efektif. Penghisapan lendir bahkan dapat
membahayakan jiwa bayi bila tidak dilakukan dengan benar.